kata-kata lain seperti ‘gerak’ atau ‘motion’ serta ‘gerakan’ atau ‘movement’. Dengan demikian, secara mendasar motif merupakan segala sesuatu yang mendorong individu untuk dapat bergerak atau yang membuatnya bergerak secara aktif. Konsep Freud tentang id hampir sama dengan konsep dorongan biologis yang mencakup lapar, haus dan seks bahkan sifat agresif manusia. Namun, motif lebih umum pada dorongan yang meliputi dorongan yang dipelajari maupun tidak atau disebut dengan Complex Motives. Konsep tentang Complex Motives ini mengajarkan bahwa kita tidak boleh menyederhanakan penjelasan tentang perilaku manusia.
Sementara motivasi diartikan sebagai kekuatan seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasme dalam melaksanakan suatu kegiatan. Energi yang dimaksudkan bisa berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) atau dari luar diri individu (motivasi ekstrinsik). Dapat diartikan juga bahwa motivasi menggambarkan seluruh proses gerakan di mana kebutuhan-kebutuhan menggerakan individu untuk melakukan sesuatu demi tercapainya tujuan. Seperti diungkapkan oleh Sarwono (1996) bahwa motivasi merupakan istilah umum yang merujuk pada seluruh proses gerakan termasuk juga situasi yang mendorong; dorongan dari dalam individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tuuan dari gerakan atau perbuatan. Motivasi dapat diartikan berbeda oleh setiap individu dilihat dari tujuannya. Motivasi yang berasal dari kata ‘movere’ berarti dorongan atau daya penggerak.
Untuk dapat memahami motivasi individu, terdapat beberapa indikator yang menjadi ukuran tingkat motivasi tersebut, seperti di bawah ini:
1. Durasi kegiatan yang dilakukan
2. Frekuensi kegiatan yang dilakukan
3. Persistensi terhadap kegiatan tersebut
4. Ketabahan dalam menjalani
5. Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan yang diinginkan
6. Tingkat aspiras yang hendak dicapai melalui kegiatan itu
7. Tingkat kualifikasi prestasi dari kegiatan yang dilakukan, dan
8. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
Motivasi merupakan perantara pada organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannnya. Suatu perbuatan dimulai dengan adanya ketidakseimbangan dalam diri individu. Keadaan ini tidak menyenangkan sehingga menimbulkan kebutuhkan untuk meniadakan ketidakseimbangan itu. Kebutuhan inilah yang menimbulkan motif untuk Penghargaan mencakup penghargaan internal seperti menghargai diri, kewenangan, prestasi dan faktor eksternal seperti status, pengakuan dan perhatian;
Aktualisasi diri mencakup dorongan untuk menjadi seseorang yang mampu tumbuh, mengembangkan potensi, pemenuhan diri dan ekspresi diri.
Dalam hierarki ini perlu dipahami bahwa kebutuhan yang suatu saat sudah terpenuhi, memungkinkan untuk timbul lagi di masa mendatang. Selain itu, pemuasan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bergeser dari pendekatan kuantitatif (jumlah) menjadi pendekatan kualitatif (nilai) dalam pemuasannya. Berbagai kebutuhan tidak akan mencapai titik jenuh karena kepuasan manusia hampir tidak ada batasnya sehingga keperluan-keperluan dasar ini akan terus bermunculan.
1. TEORI KEBUTUHAN BERPRESTASI: MCCLELLAND
Teori Need for Achievement (N.Ach) ini menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray merumuskan kebutuhan prestasi ini sebagai suatu keinginan melaksanakan suatu tugas yang sulit, menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasikan objek-objek fisik, manusia atau ide dengan melaksanakannya secepat mungkin dan seindependen mungkin sesuai kondisi yang berlaku. Untuk mengatasi kendala yang dihadapi, dan kemudian mencapai standar yang paling tinggi. Mampu menang dan bersaing dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.
Menurut McClelland, terdapat beberapa karakteristik orang yang berprestasi tinggi, sebagai berikut ini:
Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat;
Menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri dan bukan karena faktor lain seperti kemujuran;
Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
2. TEORI ERG: CLYTON ALDERFER
ERG merupakan akronim dari Existence, Relatedness dan Growth. Secara keseluruhan, teori ini menyoroti dua hal penting ya itu secara konseptual terdapat persamaan antara teori Maslow dan Alderfer karena existence dapat dikatakan identik dengan hierarki Maslow yang pertama. Kemudian, dalam teori Maslow, relatedness berkaitan dengan kebutuhan pada
Untuk dapat memahami motivasi individu, terdapat beberapa indikator yang menjadi ukuran tingkat motivasi tersebut, seperti di bawah ini:
1. Durasi kegiatan yang dilakukan
2. Frekuensi kegiatan yang dilakukan
3. Persistensi terhadap kegiatan tersebut
4. Ketabahan dalam menjalani
5. Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan yang diinginkan
6. Tingkat aspiras yang hendak dicapai melalui kegiatan itu
7. Tingkat kualifikasi prestasi dari kegiatan yang dilakukan, dan
8. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
Motivasi merupakan perantara pada organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannnya. Suatu perbuatan dimulai dengan adanya ketidakseimbangan dalam diri individu. Keadaan ini tidak menyenangkan sehingga menimbulkan kebutuhkan untuk meniadakan ketidakseimbangan itu. Kebutuhan inilah yang menimbulkan motif untuk Penghargaan mencakup penghargaan internal seperti menghargai diri, kewenangan, prestasi dan faktor eksternal seperti status, pengakuan dan perhatian;
Aktualisasi diri mencakup dorongan untuk menjadi seseorang yang mampu tumbuh, mengembangkan potensi, pemenuhan diri dan ekspresi diri.
Dalam hierarki ini perlu dipahami bahwa kebutuhan yang suatu saat sudah terpenuhi, memungkinkan untuk timbul lagi di masa mendatang. Selain itu, pemuasan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bergeser dari pendekatan kuantitatif (jumlah) menjadi pendekatan kualitatif (nilai) dalam pemuasannya. Berbagai kebutuhan tidak akan mencapai titik jenuh karena kepuasan manusia hampir tidak ada batasnya sehingga keperluan-keperluan dasar ini akan terus bermunculan.
1. TEORI KEBUTUHAN BERPRESTASI: MCCLELLAND
Teori Need for Achievement (N.Ach) ini menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray merumuskan kebutuhan prestasi ini sebagai suatu keinginan melaksanakan suatu tugas yang sulit, menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasikan objek-objek fisik, manusia atau ide dengan melaksanakannya secepat mungkin dan seindependen mungkin sesuai kondisi yang berlaku. Untuk mengatasi kendala yang dihadapi, dan kemudian mencapai standar yang paling tinggi. Mampu menang dan bersaing dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.
Menurut McClelland, terdapat beberapa karakteristik orang yang berprestasi tinggi, sebagai berikut ini:
Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat;
Menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri dan bukan karena faktor lain seperti kemujuran;
Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
2. TEORI ERG: CLYTON ALDERFER
ERG merupakan akronim dari Existence, Relatedness dan Growth. Secara keseluruhan, teori ini menyoroti dua hal penting ya itu secara konseptual terdapat persamaan antara teori Maslow dan Alderfer karena existence dapat dikatakan identik dengan hierarki Maslow yang pertama. Kemudian, dalam teori Maslow, relatedness berkaitan dengan kebutuhan pada
Komentar Anda di rwblog.id adalah tanggapan pribadi, kami berhak menghapus komentar yang mengandung kata-kata pelecehan, intimidasi, dan SARA.
EmoticonEmoticon