Kemustahilan adanya kontradiksi dalam
semua yang maujud. Ini adalah hakikat inti prima-principia, yang disebut dengan
prinsip non-kontradiksi (qanun tanaqudh).
Secara lebih terperinci prima - principia ini terdiri atas tiga prinsip;
identitas (qanun dzatiyyah),
non-kontradiksi (qanun tanaqudh) dan
ketiadaan batas (qanun imtina`).
Prinsip identitas artinya sesuatu
selalu identik dengan dirinya sendiri. Prinsip non-kontradiksi artinya sesuatu
pasti tidak sama dengan yang bukan dirinya sendiri. Prinsip ketiadaan batas
artinya sesuatu tidak mungkin sekaligus sesuatu dan bukan sesuatu tersebut pada
saat yang bersamaan.
Contohnya; Tuhan itu Ada. Dan Ada
memiliki makna hanya karena menurut qanun
dzatiyyah Ada itu benar-benar Ada. Kemudian, menurut qanun tanaqudh, Ada itu
pasti tidak sama dengan tidak Ada. Dan lebih tegas lagi, menurut qanun imtina` , Tuhan itu Ada dan mustahil tidak Ada.
Demikianlah, tidak ada satu kebenaran apa pun yang dapat di-tashdiq tanpa mengakui prima - principia. Karena berarti benar
bisa sekaligus salah, dan sebaliknya.
Dan bahkan tidak ada satu konsepsi apa pun, baik tunggal maupun majemuk, yang
dapat diterima tanpa sebelumnya mengakui prima - principia. Karena segala
sesuatu kehilangan identitasnya dan tak mungkin diberi identitas tanpa menerima
prinsip ini sebelumnya.
Keberadaannya
dalam akal manusia niscaya, dan jelas bukan merupakan prinsip yang bisa
diturunkan dari fakta maupun prinsip lain.
Karena justru prinsip ini-lah tempat semua bangunan pengetahuan manusia
bertumpu.
Dan
kebenarannya dalam alam obyektif tidak mungkin dapat dibantah. Karena dengan menolak kebenarannya kita akan
kehilangan keseluruhan makna semua yang maujud.
Dan
penolakan kepadanya hanyalah karena perbedaan istilah tentang kontradiksi.
Sehingga secara hakiki tidak
mengubah kebenaran prinsip ini yang Mutlak.
Sehingga benarlah jika dikatakan prinsip dasar seluruh bangunan pengetahuan
manusia adalah suatu ilmu hudhuriy.
Karena prima-principia yang merupakan kenyataan yang paling nyata dari yang
nyata ternyata telah hadir dalam akal
manusia tanpa memerlukan suatu usaha rasional apa pun.
Bahkan sebagian filsuf yakin bahwa pada hakikatnya semua ‘ilmu bersifat hudhuriy. Karena bukankah semua ‘ilmu lain lahir dari, oleh dan
untuk prima - principia ini ?
Dan bahkan, prinsip kesegalaan,- tidak lain adalah prima - principia -, telah ada secara niscaya pada jiwa manusia,
sehingga terkadang manusia disebut sebagai mikro-kosmos. Walaupun secara material manusia sebagian
kecil dari alam materi, namun sebagai intellegebles,
manusia mengandung hakikat semua yang maujud. Sehingga tak salah jika dikatakan
bahwa, seluruh yang ada qua seluruh yang ada telah secara niscaya ada
dalam jiwa manusia, in potentia , dengan memahami bahwa belum tentu
teraktualisasi sempurna. Apakah itu yang dimaksudkan dengan Tuhan tak mungkin
ditampung apapun kecuali di qalbi mu`min?
Dan semoga Ia menjernihkan al-‘aql dari hawa nafsu sehingga jelas tampak semuapyang benar sebagaimana
adanya, kabulkan Yaa Allah tunjukilah hatiku yang sesat lagi gelap ini.
wallahu a’lam bish-showwab
Komentar Anda di rwblog.id adalah tanggapan pribadi, kami berhak menghapus komentar yang mengandung kata-kata pelecehan, intimidasi, dan SARA.
EmoticonEmoticon